Mendukung ekosistem perfilman melalui program jangka pendek, dengan diskusi dan proyeksi untuk kepentingan jangka panjang.
Kegiatan implementasi tindak lanjut Apresiasi Film Indonesia di Kota Balikpapan yang diadakan pada Sabtu,15 April 2023, di Senyiur Meeting Room, Swiss-Belhotel Balikpapan. Acara yang berlangsung dari pukul 09.00 hingga 18.00 WITA ini mempertemukan sejumlah pembicara dan peserta dengan tujuan menggali potensi serta mengembangkan sumber daya, khususnya di bidang perfilman.
Pembicara yang hadir dalam acara ini antara lain, Marlina Yulianti –Pamong Budaya Perfilman di Direktorat Perfilman, Musik dan Media Kementerian Kebudayaan, Pendidikan, Riset dan Teknologi, Nauval Yazid–Direktur Festival Europe on Screen, dan Angkasa Ramadhan–penulis dan sutradara film pendek. Masing-masing pembicara membantu memberikan pemahaman tentang program Kemdikbud, pengelolaan festival, dan penulisan naskah film secara mendalam.
Acara ini dihadiri oleh 18 peserta yang terdiri dari para pelaku perfilman baik yang mewakili komunitas maupun individu dan para pegiat film di Balikpapan. Dalam kegiatan ini, Lintang Aulia selaku manajer proyek Tindak Lanjut dan Redemptus Rangga Raditya selaku direktur program Apresiasi Film Indonesia bertindak sebagai pelaksana program.
Salah satu sorotan penting dalam acara ini adalah perbincangan mengenai penyelenggaraan Balikpapan Film Festival (BFF) dan tantangan yang dihadapi oleh penyelenggara. Dalam forum diskusi yang penuh ide, disorot juga infrastruktur Gedung Kesenian Balikpapan yang dianggap sangat mampu mendukung kegiatan seni di kota ini, termasuk BFF. Menurut pembicara, Nauval Yazid, mengungkapkan pandangan bahwa fasilitas infrastruktur di Balikpapan sangat baik, dengan kapasitas yang besar dan harga sewa yang terjangkau, ruang ini mampu mengakomodir kegiatan seni dan budaya di Balikpapan.
Nauval menjelaskan soal tata kelola festival film
Namun, dengan infrastruktur yang memadai, pembicara juga menggambarkan kendala yang dihadapi oleh para pelaku film di Balikpapan. Minimnya pengetahuan tentang eksibisi atau pengelolaan festival film menjadi salah satu faktor berkembangannya BFF, terutama dalam aspek programasi atau kuratorial film. Sebagai solusi, pembicara berpendapat bahwa pelatihan dalam bidang ini dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan BFF serta menghasilkan program film yang lebih berkualitas.
Di sisi lain, pelatihan skenario juga dibahas secara mendalam dalam acara ini oleh Angkasa Ramadhan. Meskipun kebanyakan diskusi terfokus pada teknis penulisan naskah, pembicara menyoroti kurangnya kepekaan untuk pengembangan dan kedalaman cerita. Menurut Angkasa, fasilitas dan hal-hal yang berkaitan dengan materi seperti alat produksi dan pendanaan sudah cukup memadai untuk produksi film pendek. Namun, dalam hal penulisan skenario, pembicara menyarankan perlunya pelatihan yang lebih mendalam dan berkelanjutan. Komunitas film Balikpapan disarankan untuk lebih peka terhadap fenomena sekitar dan memanfaatkan lokalitas yang dimiliki secara optimal dalam berkarya.
Angkasa memberi materi penulisan naskah film pendek
Dalam perbandingan dengan kota Palangkaraya, pembicara menunjukkan bahwa cerita film pendek di Balikpapan masih memiliki ruang untuk pertumbuhan yang lebih besar dan menarik. Ini menjadi tantangan bagi komunitas film untuk terus berinovasi dalam pengembangan karya-karya berkualitas.
Kegiatan Tindak Lanjut yang dilakukan Apresiasi Film Indonesia adalah bentuk upaya jangka pendek untuk pengembangan sumber daya dan pengetahuan pelaku perfilman. Di Balikpapan, melalui serangkaian dialog dan pelatihan, acara ini berhasil membuka pintu menuju perkembangan seni dan budaya yang lebih cemerlang di Balikpapan. Diharapkan, semangat dan antusiasme yang tercipta dalam acara ini akan terus berkembang dalam langkah-langkah selanjutnya menuju kemajuan yang lebih besar.
Pada 3 Juni 2023, di kota Banda Aceh, acara Tindak Lanjut yang merupakan salah satu program dari Apresiasi Film Indonesia 2023ditangani oleh tiga orang dari tim AFI, yaitu Lintang Aulia (manajer proyek), Abidzar Ghifary (manajer film), dan Redemptus Rangga Raditya (direktur program), sebagai pelaksana acara yang memastikan kelancaran acara. Kegiatan ini berlangsung dari pukul 09.00 hingga 18.00 WIB, bertempat di Rasamala Hotel, Kota Banda Aceh.
Dua pembicara yang hadir sebagai narasumber adalah Alex Sihar–Staf Khusus Direktorat Jenderal Kebudayaan dan Ifan Adriansyah Ismail–seorang penulis naskah film panjang. Kedua narasumber ini akan berbagi pengalaman dan pengetahuan terkait bidang perfilman.
Sejumlah 25 peserta yang hadir dalam acara ini. Para peserta adalah pelaku kegiatan perfilman di Aceh yang hadir secara pribadi maupun mewakili komunitas, seperti Aceh Documentary, Trieng, Fisuar Film, dan sejumlah komunitas lain.
Sosialisasi Dana Indonesia oleh Alex Sihar, diharap mampu memberikan informasi mendalam terkait dukungan pemerintah untuk kegiatan kebudayaan termasuk perfilman. Dana Indonesiana dalam konteks perfilman adalah inisiatif yang dijalankan oleh Ditjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) untuk mendukung dan memajukan industri perfilman Indonesia. Melalui program ini, diharapkan dapat memperluas akses masyarakat pada sumber pendanaan untuk memperkuat keterlibatan publik dalam ekosistem pemajuan kebudayaan yang berkelanjutan.
Dengan dana yang disediakan oleh Dana Indonesiana untuk perfilman, para sineas, pembuat film, sutradara, penulis skenario, dan kru produksi dapat mengakses sumber daya untuk menghasilkan karya-karya yang kreatif, orisinil, dan bermakna. Pendanaan ini bisa digunakan untuk berbagai tahap produksi, mulai dari riset, pengembangan skenario, produksi, hingga pasca produksi dan distribusi. Program ini bertujuan untuk menggalang dan mengalokasikan dana dalam rangka pengembangan film-film berkualitas yang mencerminkan keberagaman budaya dan cerita khas Indonesia.
Ifan memberi pelatihan penulisan naskah film panjang
Untuk pelatihan penulisan naskah, sebelumnya komunitas Aceh Documentary telah melaksanakan kegiatan pelatihan penulisan reguler secara mandiri. Menyambut kegiatan tersebut, tim AFI mengadakan pelatihan lanjutan dengan Ifan Ismail sebagai pembicara. Lima cerita hasil pelatihan mandiri diterima tim AFI dan pembicara, sebagian besar cerita masih berbentuk outline atau sinopsis. Hal ini tentu menarik untuk dibedah dan didiskusikan bersama dengan tujuan pengembangan dan penajaman cerita dari peserta.
Dalam sesi diskusi pada pelatihan, para peserta berpartisipasi aktif. Ifan menyoroti beberapa cerita yang memiliki potensi untuk diproduksi. Yang menarik pula dalam cerita para peserta, ditemukan kesamaan yang sering muncul adalah persoalan disfungsi peran seorang ayah. Ifan juga menyebut, para peserta perlu untuk memperkuat penokohan dalam cerita masing-masing peserta karena sangat penting untuk keutuhan cerita pada skenario nantinya sebelum diproduksi sebagai film panjang.
Foto bersama pembicara, peserta, juga Tim AFIBW
Aceh Documentary menyambut akhir pelatihan ini dengan harapan tinggi. Mereka berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan film khususnya di wilayah Banda Aceh. Dengan adanya program pelatihan ini diharapkan dapat memberi dorongan bagi para peserta untuk mengembangkan pengetahuan mereka dalam penulisan naskah dan berkontribusi pada perkembangan dunia perfilman.
Kegiatan implementasi tindak lanjut Apresiasi Film Indonesia di Kota Kupang diselenggarakan pada Rabu, 22 Juni 2023 bertempat di ruang pertemuan Palacio 2 - Aston Kupang Hotel & Convention Center. Acara yang berlangsung dari pukul 10.00 hingga 17.00 WITA ini berkolaborasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Komunitas film di Kota Kupang untuk memperkuat ekosistem perfilman Indonesia.
Dalam upaya memperkuat sinergi antara pemerintah dan komunitas di Kupang, AFI 2023 mengadakan focus group discussion (FGD) dengan tema `"`Sinergitas Kegiatan Perfilman Kupang`"`. Acara ini mendapat dukungan dari Penjabat Wali Kota Kupang, George M. Hadjoh, serta dihadiri oleh Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang, Kepala UPT Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI, Kepala UPTD Museum, dan Kepala UPT Taman Budaya Gerson Poyk. Dalam FGD tersebut, lembaga pemerintah memaparkan program pendidikan dan kebudayaan yang dapat diakses oleh komunitas untuk berkegiatan di Kupang.
Penjabat Wali Kota Kupang, George M. Hadjoh, memberikan sambutan
Komunitas Film Kupang (KFK) telah berperan aktif dalam membangun ekosistem film di Kota Kupang sejak 2011. Mereka merilis film dokumenter berjudul Nokas pada 2016, dan mendapat pengakuan di festival-festival internasional, seperti Eurasia International Film Festival di Kazakhstan dan Singapore International Film Festival. Pada 2022, KFK juga menginisiasi Flobamora Film Festival di Kupang. Festival ini diharapkan bisa menjadi wadah apresiasi dan pertemuan antara penonton, pembuat film, dan komunitas film. Festival ini dikelola oleh KFK dengan dukungan Kemdikbudristek RI.
Dalam konteks ini, pemerintah daerah dapat memberikan dukungan berupa fasilitas dan program penguatan untuk memperkuat ekosistem perfilman. Beberapa fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah, seperti Bioskop Keliling dan Fasilitas Pemajuan Kebudayaan dari Badan Pelestarian Kebudayaan Wilayah XVI, mini theater dan program dokumentasi kebudayaan dari UPTD Museum Daerah Provinsi NTT, serta ruang pertunjukan indoor dan outdoor dari UPT Taman Budaya Gerson Poyk, yang dapat diakses oleh komunitas film.
Dalam diskusi, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang juga menyatakan bahwa mereka memiliki dana khusus (specific grant) dari Menteri Dalam Negeri untuk mendukung program kebudayaan. Pendanaan tersebut telah digunakan untuk kegiatan lomba paduan suara, bimbingan teknis guru seni budaya, dan kajian terkait cagar budaya.
Selain itu, komunitas juga mengungkapkan kebutuhan akan intervensi pemerintah di bidang edukasi. KFK menyoroti pentingnya intervensi pemerintah dalam memberikan pelatihan dan pembinaan kepada siswa SMA/SMK, serta kemungkinan para anggota komunitas menjadi narasumber pelatihan dalam bidang perfilman dan konten audiovisual.
Foto bersama para pembicara, undangan, dan TIM AFI
Forum diskusi ini merupakan awal pertemuan antara pemerintah daerah dan komunitas film di Kupang. Komunitas mengusulkan adanya forum akhir tahun untuk memperkuat komunikasi dan kerjasama antara semua pelaku terkait program bersama dan kalender kegiatan. Tujuan akhirnya adalah terjalinnya kerjasama yang berkesinambungan antara komunitas dan pemerintah daerah.
© 2023 Apresiasi Film Indonesia. All Rights Reserved. Bekerjasama dengan Cinema Poetica dan Rangkai.